-->

Momen Magis di Taj Mahal





Belasan tahun yang lalu....

Seorang gadis kecil sedang membaca buku ilmu pengetahuan sosial. Dilihatnya sebuah bangunan yang sempat ia sangka masjid, namun ternyata bangunan tersebut adalah monumen yang didalamnya terdapat makam seorang ratu. Dalam benaknya, ia bertanya-tanya, apa istimewanya sebuah makam hingga menjadi salah satu keajaiban dunia? Begitulah... ia terus bertanya-tanya. Namun, hingga seragam sekolahnya berganti dengan seragam kantor, jawaban itu tak pernah didapatkannya. Bahkan meski dalam pelajaran sudah dijelaskan bahwa bangunan tersebut menjadi keajaiban dunia karena tak ada duanya di tempat lain, tapi itu tak cukup menjawab pertanyaan di masa kecilnya.

Hingga suatu ketika, menjelang akhir Juli 2016....

Sebuah lagu dari band indie bertajuk Senja di Jakarta memecah hening pagi di Orchid Hotel, Agra. Ia terjaga. Tak seperti pagi biasanya—di mana ia sering kali malas-malasan untuk bangun—kali ini ia sangat bersemangat. Bahkan meski air hangat di kamar hotel yang ia tempati tak berfungsi, ia tetap mandi pagi itu, bersiap, dan turun ke lantai dasar untuk sarapan.

Di dalam bus, ia duduk di dekat jendela. Rasanya..., ia masih tak percaya bahwa ia berada di sini. Agra!

Tak lebih dari sepuluh menit, bus yang ia tumpangi berhenti di tempat parkir. Ia menghela napas panjang. Lagi-lagi, ia masih tak percaya bahwa ia berada di kota bersejarah ini. Saat selembar tiket masuk berada di tangannya, ia tersenyum. Tiket seharga 1000 rupees itu akan menjawab sebuah pertanyaan di masa kecilnya. Dari loket pembelian tiket, ia dan teman-temannya menaiki kendaraan khusus yang telah disediakan pihak pengelola karena memang letak pintu masuk cukup jauh dari loket.

setelah melewati gerbang ini, kita bisa langsung melihat Taj Mahal

Setelah melewati gerbang itu..., sepasang matanya menangkap sebuah bangunan putih megah terbuat dari pualam. Ia berhenti sejenak. Menatap dengan penuh kekaguman. Bangunan itu... yang dilihatnya pertama kali di buku pelajarannya saat SD dulu.

 


“So, your dream is coming true now,” ujar seseorang di belakangnya.
“Yes, my childhood dream.” Ia tersenyum, masih dengan perasaan kagum.
“Come back here after you get married.”
“I wish.”

***

Ia terus melangkah mendekati bangunan putih itu, mengitarinya terlebih dahulu untuk menuju pintu masuk sambil tak henti berdecak kagum. Lagi-lagi, ia nyaris tak percaya bahwa kini ia tengah menjejakkan kaki di sini. Sebelum menaiki tangga, ia kenakan alas kaki untuk membungkus sepatunya. Untuk menjaga kebersihan bangunan utama, setiap pengunjung diberi alas kaki agar sepatu atau sandal mereka tidak mengotori lantai.

Perlahan ia memasuki bangunan utama. Di sinilah pengunjung dilarang berisik dan mengambil gambar. Dadanya berdegup kencang. Merinding. Seperti ada sensasi magis yang tiba-tiba menyergapnya di ruang yang temaram itu. Antara percaya dan tidak, ia pandangi dua makam di hadapannya. Sepasang merpati tengah bercengkerama di atas salah satu makam. Ia mematung dengan pandangan takjub, hingga seorang petugas menegurnya, “Go around, Madam.”

Oh..., ini bukan mimpi! gumamnya.

Masih dengan penuh takjub, ia mengelilingi dua makam yang di dalamnya tersimpan jasad dua orang yang saling mencintai. Kini ia tahu mengapa bangunan yang dideasin oleh Ustadz Isa Afandi dari Turki ini menjadi salah satu keajaiban dunia. Karena bangunan ini seperti sihir yang menarik setiap orang di penjuru dunia untuk mendatanginya, bukan sekadar berkunjung tapi juga merasakan atmosfer cinta antara Shah Jahan dan Mumtaz Mahal. Ia seolah terlempar ke masa silam....
 
sisi lain Taj Mahal


Dalam benaknya, terbayang seorang raja yang agung, namun selama dua tahun setelah istrinya meninggal saat melahirkan anaknya yang ke 14 (Gauhar Ara Begum), ia absen dari segala kesenangan dunia dan benar-benar larut dalam kesedihan. Sang raja yang dihormati, diagungkan, dan disegani ternyata juga susah move on. Bahkan pada suatu ketika di hari Jum’at, Shah Jahan mengenakan pakaian putih dan berjalan kaki menuju makam istrinya, lalu membacakan fatihah sambil menangis.

Usai berkeliling, ia mengikuti jalan menuju pintu keluar. Sepasang matanya tak henti menatap setiap detail ukiran pada dinding yang terbuat dari pualam tersebut. Bayangkan, selama 22 tahun, 20 ribu pekerja membangun Taj Mahal hingga menjadi magnet yang menarik banyak orang berkunjung ke India, khususnya Agra.


***

Matahari sudah cukup tinggi saat ia meninggalkan bangunan utama di Taj Mahal. Sebelum melangkah pergi, ia sentuh dinding pualam yang penuh ukiran itu seraya berbisik, “See you again, Taj Mahal.”

Langkah kecil membawanya semakin jauh. Selangkah sebelum keluar dari pintu gerbang, ia menoleh dan menatap Taj Mahal, untuk kesekian kalinya. Dan, ada syukur serta bahagia yang buncah di dadanya.


“Tulisan ini diikutsertakan dalam Postingan Bersama – The Best Traveling Moment 2016″ oleh Indonesia Corners

                                                                     



Ayun
Menulis buku Unforgettable India dan mengedit banyak buku lainnya.

Related Posts

19 comments

  1. Membaca kisahmu pun sudah terseret magis itu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Taj Mahal itu tempat yg bikin baper. Hahaha

      Delete
  2. Waw... aku bacanya juga takjub... takjub dengan Taj Mahal dan si 'Ia' yang akhirnya dengan mata kepala sendiri melihat bagunan yang ada di buku SD. Salah satu Keajaiban dunia. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. I couldn't even believe that I've been here.

      Delete
  3. Senang sekali (dan juga pingin) rasanya ketika memori masa kecil itu kemudian terkuak dan menjadi kenyataan dikala dewasa ya mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Dream came true. Alhamdulillah...

      Delete
  4. ini juga yang dijuluki istana mengapung...
    sayangnya gak boleh memotret di dalam yak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Di bangunan inti nggak boleh motret, padahal banyak orang yang belum ke sana nggak tahu kalo di dalem adalah makam, bukan masjid.

      Delete
  5. Wah pernah ke India ya? kok gak ngajak-ngajak

    *kaboooor

    omnduut.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hei, situ yang udah duluan ke sana. Aku ditinggal. :(

      Delete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Foto yang lagi duduk bagus, dapet banget auranya ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak, kalau tampak depan khawatir serem auranya. Hahaha

      Delete

Post a Comment

meninggalkan komentar lebih baik daripada meninggalkan pacar. hehehe...

Subscribe Our Newsletter