“Don’t you wish you could take a
single childhood memory and blow it up into a bubble and live inside it forever?”
Sarah Addison,
Lost Lake
Apa yang
kamu ingat dari masa kecilmu? Main tak kenal waktu? Mandi di sungai? Mengejar
layang-layang? Hujan-hujanan sampai pilek dan masuk angin? Dan masih banyak
yang lain bukan?! Mengenang masa kecil kadang membuat kita senyum-senyum
sendiri dan menyadari bahwa bahagia itu sederhana, sesederhana mainan di masa
kecil kita. Mainan yang tak bisa dimainkan oleh bocah-bocah sekarang, bahkan mungkin
mereka heran melihat mainan tersebut. Mainan-mainan itu ibarat penanda bahwa
kita pernah melewati masa kecil yang luar biasa.
Adalah
mesin waktu yang akan membawa kita pada masa lalu bernama masa kecil. Dan,
mesin waktu tersebut tersembunyi di bawah kolong tangga, yang kemudian disebut
Museum Pendidikan dan Mainan Kolong Tangga. Betapa berjasanya seorang seniman berkebangsaan
Belgia bernama Rudi Corens yang memiliki kepedulian untuk memuseumkan mainan
dan permainan jadul dari berbagai negara itu, sehingga terciptalah museum
yang bertempat di lantai dua Taman Budaya Yogyakarta tersebut.
Museum
ini telah dibuka untuk umum sejak tahun 2008 dan sampai saat ini koleksinya mencapai
lebih dari 10.000 buah dari berbagai negara. Maka, ketika saya memasuki museum unik
ini, saya serasa menyusuri lorong waktu bernama masa lalu. Setiap benda di sini
seolah bercerita bahwa mereka bukan sekadar pajangan, tapi juga saksi atas masa
kecil yang penuh warna.
Ada bunga
dan kipas kertas yang pernah saya buat saat pelajaran keterampilan di SD dulu. Ada
juga wayang (di Jember saya menyebutnya wayang), yaitu kumpulan gambar bernomor
yang bisa dimainkan dengan menjumlahkan nomor pada gambar tersebut. Kalau tidak
salah, dulu selembar gambar berukuran A4 dihargai 100 rupiah, yang kemudian
dipotong sesuai nomor gambar.
kipas dan bunga kertas |
Kalau
tidak salah (lagi), ada sekitar 32 gambar yang membentuk serangkaian cerita. Ah,
saya lupa-lupa ingat. Tapi yang pasti, museum ini sukses membuat saya
mengingat-ingat lagi masa kecil yang jauh dari benda bernama smartphone
dan gadget canggih lainnya. Bila ingin bermain boneka, maka sayalah yang
menjadi “dalang”, beda dengan generasi digital zaman sekarang yang tinggal
berkata “hai....”, maka si Tom dalam layar smartphone akan menirukan
ucapan kita.
Selain
menjadi mesin waktu yang siap mengantar kita mengunjungi masa kecil, Museum Pendidikan
dan Mainan Kolong Tangga juga memiliki koleksi mainan dari berbagai negara,
seperti Jepang, Cina, India, dan lain-lain. Namun, ada hal yang membuat saya
sedikit tersentak ketika melihat koleksi mainan berbentuk senjata. Cukup lama
saya terpekur di depan tulisan ini.
Ya,
senjata, meski ia berbentuk mainan, tetaplah membawa kesan “kekerasan”. Senjata
identik dengan perang, kejahatan, dan pertumpahan darah. Untuk melawan orang
jahat kita memang butuh senjata, namun senjata harus berada di tangan orang
yang tepat.
Inilah
sebagian koleksi lain di Museum Pendidikan dan Mainan Kolong Tangga.
Museum
ini sangat mudah dijangkau dengan kendaraan umum (Trans Jogja), karena letaknya
yang strategis di tengah kota. Turun saja di halte Trans Jogja depan Taman
Pintar, lalu cukup jalan kaki lima menit ke arah Shopping Centre. Di sebelah
Shopping Centre itulah berdiri gedung Taman Budaya Yogyakarta, tempat museum
unik ini berada. Hanya dengan 4000 rupiah, kamu sudah bisa memasuki mesin waktu bernama Kolong Tangga dan
melihat-lihat koleksinya. Jam bukanya mulai hari Selasa-Minggu jam 09.00-16.00.
Jadi,
kapan kamu akan mengunjungi masa kecilmu di Kolong Tangga?
Yogyakarta, 12 Oktober
2015
Post a Comment
Post a Comment
meninggalkan komentar lebih baik daripada meninggalkan pacar. hehehe...