-->

Namanya Juga Dunia Maya, Keindahannya Belum tentu Nyata

Image source: telanganatoday.com


Dulu, saat masih kecil dan melihat pesawat terbang, saya dan teman-teman sering berteriak, “Pesawat..., minta duit....” Entah siapa mengajari yang kami untuk meminta duit kepada pesawat. Hahaha.... Namun yang jelas, di benak saya yang kala itu masih bocah, pesawat identik dengan kemewahan. Dan, orang yang naik pesawat pasti orang kaya jadi bisa dimintai uang.

Padahal, alih-alih ngasih uang, mana bisa orang yang di dalam pesawat di atas sana mendengar teriakan kita yang berada di bawah? 

Saya membayangkan naik pesawat itu enak, bisa melihat langit dari dekat, punya banyak uang, pokoknya asyik! Itu bayangan di masa kecil dulu. Kenyataannya, naik itu biasa saja—saya belum pernah naik pesawat bussiness class atau first class. Kaki dan punggung pegal duduk di pesawat dalam rute penerbangan yang jauh. Bahkan, mengerikan kalau tiba-tiba cuaca buruk atau turbulensi. Kadang, telinga juga sakit saat pesawat akan mendarat.

Saya juga pernah sakit gigi dalam penerbangan dari Singapura ke Mumbai. Rasanya sangat tersiksa!
Begitulah, ternyata naik pesawat tak se-wow yang saya bayangkan di masa kecil dulu. Seperti itu juga keindahan yang ditampilkan di media sosial alias dunia maya.

Saat melihat kehidupan orang lain, baik pendidikan, pekerjaan, maupun hubungan asmara atau pernikahan, kok kelihatannya life-goals banget, ya?

Lulus kuliah tepat waktu, cum-laude pula! Setelah lulus, langsung lanjut S2 di luar negeri. Selesai S2, langsung dapat kerja di perusahaan besar dengan gaji yang juga pasti besar, lalu menikah, hidup bahagia dengan pasangan yang selalu terlihat mesra di foto. Perfecto!
Tapi tunggu!

Terlihat sempurna belum tentu benar-benar sempurna. Di balik segala sesuatu yang terlihat baik-baik saja, belum tentu nggak ada dramanya. 

Lulus kuliah tepat waktu, apalagi dengan predikat cum-laude, pasti butuh perjuangan. Untuk bisa kuliah di luar negeri dan kerja di perusahaan bagus, tentu juga perlu pengorbanan. Pasti ada harga yang harus dibayar untuk memperoleh itu semua. Ada tenaga, keringat, biaya, dan bahkan air mata. Kita sebagai penonton cuma bisa melihat, kadang merasa iri, lalu bergumam, “Enak banget ya hidupnya si A, hidupku kok gini-gini aja.”

Tapi, nggak jarang juga orang yang “menghalalkan segala cara” demi terlihat kaya, bahagia, dan hits di media sosial. Padahal kenyataannya jauh dari apa yang ditampilkan di feed Instagram.

Ada yang bela-belain ngutang sana-sini buat jalan-jalan atau makan di restoran yang instagramable dengan menu yang juga instagramble. Sebelum makan, nggak pernah lupa foto makanannya buat update insta-story. Sementara, teman yang ngasih utangan cuma kebagian lihat foto sambil bertanya-tanya, “Ini orang kapan ya mau bayar utangnya?”

Ada yang pusing mikirin tagihan kartu kredit yang membengkak gara-gara belanja online demi bikin video unboxing terus diunggah ke insta-story. Setelah di-unboxing, eh sibuk nawarin barang yang sudah dibeli karena mau dijual lagi.

Hanya demi Insta Story, orang bisa “segila” ini!

Ada yang selalu terlihat mesra saat foto dengan pasangannya. Setelah foto, keduanya sibuk dengan gawai masing-masing. Boro-boro mesra seperti di foto, yang cowok sibuk nge-game, ceweknya sibuk milih foto paling bagus sebelum diunggah ke Instagram.

Ada yang pesta pernikahannya ala royal wedding, ngundang media segala, tapi cicilan utang setelah acara nggak lunas-lunas sampai pengantinnya jadi mama papa. Demi gaya dan terlihat kaya, ada orang yang nyari utang ke mana-mana. Duh!
 
Zaman sekarang, banyak orang yang lebih mementingkan menata feed di Instagram. Sementara, penataan keuangannya berantakan. Utang ke banyak teman, lalu pura-pura lupa.

Untuk yang seperti ini, apa kita masih menyebutnya bahagia?

Ayun
Menulis buku Unforgettable India dan mengedit banyak buku lainnya.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter