-->

Mengabadikan Senja Romantis di Pantai Parangtritis


Meski sempat mendung di pagi hari, namun saat beranjak siang, langit berangsur-angsur cerah, bahkan cuaca sangat panas. Bila cerah sampai sore, pasti senja akan sangat indah, pikir saya waktu itu. Mendadak saya kangen senja di pantai selatan, tepatnya di Parangtritis.



Siapa yang tak tahu pantai ini, walau sekadar mendengar namanya? Bagi mereka yang tinggal di Jogja, mungkin pantai ini sudah terlalu mainstream dan biasa saja. Tak ada yang istimewa. Pasirnya hitam, ombaknya besar, sampah berserakan, namun tak pernah sepi pengunjung. Benar, Pantai Parangtritis memang demikian. Tapi jangan salah, pasir hitam nan lembut yang senantiasa basah oleh ombak tersebut justru menjadikan senja di pantai ini begitu istimewa. Hamparan pasir hitam yang basah menjadi refleksi bagi senja di ufuk barat sana, seperti senja yang sempat saya abadikan di akhir long weekend minggu lalu.

Karena sampai jam tiga sore langit masih cerah, akhirnya saya berangkat ke Parangtritis bersama seorang teman. Sampai di Parangtritis cuaca masih cukup panas meski sudah jam empat. Namun, para wisatawan tetap asyik mandi atau sekadar main air di tepi pantai.

Seperti biasa, setiap ke Parangtritis saya selalu memilih pantai di ujung timur yang tidak terlalu crowded. Memang saya harus berjalan agak jauh dari parkiran, tapi sebandinglah dengan suasana mengasyikkan yang saya dapatkan. Selain lebih sepi, sisi timur Pantai Parangtritis juga menyajikan bebatuan karang, tebing, dan air terjun kecil yang hanya ada di musim penghujan. Saya juga lebih leluasa mengambil gambar tanpa lalu-lalang banyak orang.



Selagi menunggu matahari tenggelam, saya asyik membaca buku sambil duduk di atas karang yang cukup datar, hingga langit barat menguning lalu perlahan berubah jingga. Awan putih bak potongan kapas di langit, memberi nuansa tersendiri bagi senja hari ini. Beberapa andong lalu-lalang bagai kereta kuda yang datang dan pergi negeri dari negeri senja.


Seorang bocah asyik bermain sendirian. Satu bocah lagi digandeng oleh ibunya seraya menyusuri pantai dan membiarkan kaki telanjang mereka dibasuh oleh ombak.




Dari jingga, langit barat berubah kemerahan secara perlahan, menandai pergantian hari sebagaimana ombak yang datang silih berganti. Pasir hitam yang senantiasa basah oleh ombak mulai memantulkan bayangan senja di langit barat. Awan putih pun masih setia menghiasi langit, seolah memang dititah oleh Tuhan untuk menyemarakkan senja hari ini.




Dengan backsound debur ombak pantai selatan yang mistis, rasanya saya beruntung bisa menikmati dan mengabadikan senja di Pantai Parangtritis. Sungguh senja yang romantis!  





Ayun
Menulis buku Unforgettable India dan mengedit banyak buku lainnya.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter